
Nats diambil dari Yesaya 9:2 (TB)
“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar.”
BANGSA MAJU DI JALAN TERANG TUHAN
Di desa, kita tahu betul apa itu gelap. Saat listrik padam malam hari, jalanan jadi sunyi dan langkah pun harus hati-hati. Tapi gelap yang dimaksud dalam firman Tuhan bukan cuma soal cahaya, melainkan tentang hidup yang jauh dari Tuhan—penuh kebingungan, ketakutan, dan kehilangan arah. Yesaya menubuatkan bahwa bangsa yang berjalan dalam kegelapan akan melihat terang yang besar. Terang itu bukan sekadar sinar, tapi kehadiran Tuhan yang membawa harapan, keadilan, dan damai. Bangsa yang mau maju harus berjalan di jalan terang Tuhan, bukan di lorong kepentingan sendiri.
Contohnya bisa kita lihat dari kehidupan masyarakat desa yang mulai berubah karena terang Tuhan masuk lewat pendidikan, pelayanan, dan kasih. Dulu, banyak anak putus sekolah karena dianggap tidak penting. Tapi sekarang, dengan dukungan gereja dan komunitas, anak-anak mulai rajin belajar, bahkan ada yang jadi guru. Terang Tuhan membuat orang tua sadar bahwa masa depan anak bukan hanya soal kerja di ladang, tapi juga soal membangun bangsa. Ketika terang Tuhan menyinari hati, cara pandang pun berubah.
Pak Darno, seorang kepala dusun, dulu dikenal keras dan suka marah. Tapi setelah ikut pelayanan dan belajar firman Tuhan, ia jadi pemimpin yang bijak. Ia mulai mengajak warga kerja bakti, membangun jalan desa, dan mendukung kegiatan gereja. Ia berkata, “Kalau dusun ini mau maju, kita harus kerja bareng, dan Tuhan harus jadi pusatnya.” Terang Tuhan membuat kepemimpinan jadi berkat, bukan beban. Bangsa yang dipimpin oleh orang-orang yang takut akan Tuhan akan maju dengan cara yang benar.
Dalam pelayanan gereja, kita juga bisa lihat bagaimana terang Tuhan membawa perubahan. Dulu, kegiatan hanya diisi oleh orang-orang tertentu, tapi sekarang anak muda mulai aktif. Mereka membuat kelompok doa, belajar musik, bahkan membantu warga yang kesulitan. Terang Tuhan membuat gereja jadi tempat pertumbuhan, bukan sekadar rutinitas. Ketika gereja jadi terang di tengah masyarakat, bangsa pun ikut tercerahkan.
Terang Tuhan juga menyentuh cara kita bertani dan berdagang. Dulu, banyak yang curang dalam timbangan atau menipu harga. Tapi sekarang, dengan kesadaran iman, orang mulai jujur. Mereka percaya bahwa berkat sejati datang dari Tuhan, bukan dari tipu daya. Bangsa yang jujur dalam hal kecil akan dipercaya dalam hal besar. Terang Tuhan membuat kita bekerja bukan hanya untuk untung, tapi untuk kemuliaan-Nya.
Mari kita renungkan: apakah kita sudah berjalan di jalan terang Tuhan? Atau masih tersesat dalam kegelapan ego, iri hati, dan ketidakpedulian? Bangsa yang maju bukan hanya punya teknologi, tapi punya hati yang dipimpin oleh terang Tuhan. Di desa, kita punya kesempatan besar untuk jadi teladan—dalam keluarga, dalam komunitas, dan dalam pelayanan. Terang Tuhan bukan untuk disimpan, tapi untuk dibagikan.
Akhirnya, mari kita jadi bagian dari bangsa yang maju di jalan terang Tuhan. Mulai dari hal kecil: jujur dalam jual beli, rajin berdoa, peduli pada tetangga, dan aktif dalam pelayanan. Jangan tunggu terang dari luar, tapi biarkan terang Tuhan bersinar dari dalam hati kita. Karena bangsa yang berjalan dalam terang akan melihat masa depan dengan harapan, bukan dengan ketakutan. Dan terang itu, seperti kata Yesaya, sudah bersinar—tinggal kita mau melangkah atau tidak.