
KHOTBAH MINGGU PASKAH VI MINGGU 25 MEI 2025
BERAWAL DARI MENDENGARKAN
Bacaan 1: Kisah Para Rasul 16:9-15
Tanggapan: Mazmur 67
Bacaan 2: Wahyu 21:10, 22—22:5
Injil: Yohanes 14:23-29

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan,
Mari kita mengawali khotbah pada hari ini dengan bersama-sama menyanyikan lagu “Dengar Dia Panggil Nama Saya” (ajak jemaat untuk bangkit berdiri dan menyanyikan lagu ini. Bisa juga dengan gerakannya).
Dengar Dia panggil nama saya
Dengar Dia panggil namamu
Dengar Dia panggil nama saya
Juga Dia panggil namamu
Ku jawab YA YA YA (2x)
Ku jawab Ya Tuhan (2x)
Ku jawab YA YA YA
Lagu ini membawa kita pada nostalgia masa sekolah minggu, masa anak-anak ketika kehidupan terasa lebih mudah dibandingkan dengan hidup kita sekarang di usia dewasa. Sehingga ketika Tuhan memanggil, maka dengan cepat kita merespons “Ya” tanpa berpikir dua kali apakah panggilan tersebut mengandung konsekuensi tugas tanggung jawab yang sering kali tidak mudah.
Memaknai panggilan Tuhan untuk mewartakan Injil kepada seluruh ciptaan, terlebih dalam kondisi hidup kita saat-saat ini, sering kali bukanlah perihal yang mudah. Alih-alih merespons dengan cepat, kita sering kali memilih untuk menghindarinya sebisa mungkin. Kita terlalu takut dan menjadi gentar ketika dihadapkan dengan kondisi dunia yang menekan kita di berbagai sisi: penindasan, kekerasan, dan perpecahan terjadi di mana-mana. Bahkan ketika kita pun memutuskan untuk mengerjakan panggilan tersebut, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, ada kekecewaan dan penyesalan yang membuat kita akhirnya berhenti untuk melakukannya. Akan tetapi, di atas semuanya itu, sebagai orang percaya kita perlu untuk terus merespons panggilan-Nya dalam mewartakan kabar sukacita karena karya keselamatan harus terus berjalan. Tenang saja, Kristus telah menjanjikan Roh Kudus sebagai penuntun kehidupan kita. Oleh karena itu kita perlu mendengar kembali tentang janji penyertaan Tuhan.
Semuanya itu berawal dari sikap mau mendengarkan, yakni ketika kita pertama kali merespons panggilan Tuhan untuk menjadi saksi Injil dengan mendengar-Nya. Mendengarkan tuntunan-Nya yang mengarahkan kita pada rancangan-rancangan baik yang sebelumnya tidak pernah kita duga. Sebagaimana yang dialami oleh Rasul Paulus dalam karya pekabaran Injilnya. Selama ini dia berfokus pada pekabaran Injil di daerah Asia, tetapi karena penglihatannya dalam Kisah Para Rasul 16:9-10, pekabaran Injilnya meluas sampai ke daerah Makedonia (yang saat ini masuk dalam wilayah Eropa). Pada awalnya hal ini tidak masuk dalam rencana dan strategi Paulus. Meskipun demikian, Paulus tetap mengikuti tuntunan Roh tersebut dan berujung pada pewartaan Injil kepada para perempuan di kota Filipi. Di kota inilah dia berjumpa dengan Lidia, seorang perempuan pengusaha yang pada nantinya menjadi pendukung dalam pelayanan pekabaran Injilnya. Peristiwa ini menjadi tanda yang mengawali perluasan karya keselamatan Allah.
Bukan hanya Paulus yang mendengar tuntunan Roh Kudus. Rancangan baik dalam hidup Lidia juga diawali dari kesediaannya mendengarkan. Lidia dengan sungguh-sungguh mendengarkan tentang kabar baik yang disampaikan oleh Paulus. Begitu dalam ia mendengarkan sehingga Tuhan menggerakkan hatinya untuk dibaptis bersama dengan seisi rumahnya. Berawal dari mendengarkan, Lidia bukan hanya menerima keselamatan tetapi dia juga menjadi sarana berkat bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Bahkan panggilan Tuhan pun sampai atas Lidia sehingga dia menunjukkan keramahan kepada Paulus dan mendukung pelayanan pekabaran Injil.

Saudaraku,
Mendengarkan panggilan Tuhan dengan sungguh-sungguh bukan hanya sekedar melakukannya dengan asal-asalan (bhs. Jawa: sing penting nglakoni), karena panggilan untuk mewartakan kabar sukacita adalah dengan turut menyatakan damai sejahtera agar benar-benar dirasakan oleh seluruh ciptaan secara nyata. Seperti yang digambarkan dalam Wahyu 21:10, 22—22:5 tentang kehidupan yang penuh dan utuh dirasakan oleh semua bangsa. Kehidupan yang menyembuhkan, memulihkan, menyucikan, dan membarui.
Situasi ini tidak didapatkan semata-mata dengan berdiam diri saja menunggu semuanya terlaksana. Situasi ini perlu diperjuangkan atas dasar kasih.
Jika kita ingin melihat sesama manusia merasakan kedamaian, maka kita pun perlu mengupayakannya dengan mendengar seruan dan keluhan mereka. Jika kita ingin melihat alam ini merasakan pemulihan, maka kita perlu mendengar secara jujur kondisinya yang tidak baik-baik saja. Dengan mendengarkan mereka, kita diajak untuk peka dan berbela rasa. Kasih yang Tuhan Yesus ajarkan kepada kita, mendorong kita untuk mewartakan Injil dengan cara berbagi hidup. Berbagi hidup agar sesama manusia dan ciptaan dapat pulih dan berdaya. Agar mereka mendengar dan merasakan berita sukacita yang dari Tuhan.
Ternyata sungguh-sungguh mendengar panggilan Tuhan, sekali lagi, memang tidak mudah dan cenderung sulit dilakukan. Dibutuhkan upaya yang lebih bahkan kita harus berbagi hidup dalam situasi yang tidak baik-baik saja. Belum lagi pergumulan kita pribadi yang sudah sangat banyak, sering kali pun menahan kita untuk benar-benar mendengar panggilan-Nya. Kita merasa bahwa lebih penting mengurus/menyelesaikan persoalan sendiri daripada harus peduli kepada yang lainya. Dalam situasi inilah, kita dengar kembali janji penyertaan Kristus tentang Roh Kudus yang menuntun, mengajar, dan mengingatkan kita akan anugerah kasih dalam hidup kita. Roh Kudus yang mengarahkan pada rancangan-rancangan kebaikan. Roh Kudus yang memberdayakan.
Para kekasih Kristus,
Sebagaimana bacaan Mazmur pada saat ini, ketika semua bangsa bersyukur dan bersorak-sorai serta bersukacita atas karya kehidupan Allah bagi dunia ini, inilah yang menjadi pengharapan kita untuk terus bersaksi dan berkarya di dalam apa pun keadaannya. Tetap lakukanlah apa yang bisa kita lakukan, Tuhan akan menolong kita dengan rancangan-Nya yang tidak terduga. Seperti Tuhan yang menyediakan rekan pelayanan bagi Rasul Paulus melalui Lidia sehingga karya pekabaran Injil semakin luas, Tuhan juga menyediakan para penolong di dalam karya kita.

Jangan berhenti untuk mendengarkan apalagi menutup telinga. Lagu “Dengar Dia Panggil Nama Saya” bukan hanya berhenti pada jawaban Ya, tetapi dalam sukacita dan kegirangan atas penyertaan-Nya. Mari kita nyanyikan kembali ditambah dengan bagian “Ooo Giranglah”.
Dengar Dia panggil nama saya
Dengar Dia panggil namamu
Dengar Dia panggil nama saya
Juga Dia panggil namamu
Ku jawab YA YA YA (2x)
Ku jawab Ya Tuhan (2x)
Ku jawab YA YA YA
Ooo giranglah, ooo giranglah
Yesus amat cinta pada saya
Ooo giranglah