Ibadah | : | Refleksi Paskah Ke-I |
Hari, Tanggal | : | Senin, 14 April 2025 |
Jam | : | 18:00 WIB |
Tema | : | GODAAN MULTIPLE CHOICE |
Dilayani oleh | : | Vik. Wenyi Mirahingsih Larasati, S.Fil. |
GODAAN MULTIPLE CHOICE

Perkembangan zaman dan revolusi industry 4.0 membawa berbagai kemajuan yang semakin memudahkan dan memanjakan manusia dalam menjalani kehidupannya. Pada era ini kebutuhan manusia dipermudah dan didekatkan. Berbeda dengan beberapa dekade yang lalu, bersoal makanan maka pilihannya adalah makan atau tidak, sebab realitasnya zaman dulu, begitu sulit orang mendapatkan makanan, tetapi saat ini, pertumbuhan ekonomi dan revolusi industri menempatkan kita pada era “multiple choice” atau ragam pilihan yang ada dengan berbagai tawaran yang menarik dan beraneka.
Contohnya “roti”, zaman dahulu pilihannya adalah roti tawar atau roti semir, maka rasa yang ditawarkan adalah manis atau rasa. Berbeda dengan zaman ini, roti ditawarkan dengan berbagai varian rasa, harga, jenis dan bahkan dari berbagai negara pun ada, pilihannya beragam ada roti tawar, gandum, croissant atau gluten free, dengan beragam rasa. Maka bisa dibayangkan penolakan Tuhan Yesus ketika diminta Iblis mengubah batu menjadi roti (ay.4) Yesus tidak mau melakukannya, karena mungkin kalau dibayangkan pada zaman multiple choice ini, tentu banyak maunya, mau roti yang manis, dari gandum murni atau yang gluten free, dll. karena itu Tuhan Yesus memberi teladan akan kebutuhan utama bagi manusia, bukan jenis, rasa, harga dan berbagai macamnya yang dipilih, tetapi apa esensi dasarnya (bnd Matius4:4)
“Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”
Esensi dan keutamaannya terletak pada rasa syukur, dimana melalui Firman Tuhan kita diajak untuk mensyukuri setiap hal yang kita terima, termasuk makanan. Dijauhkan dari nafsu dan keinginan yang bisa menjauhkan kita dari Anugerah Tuhan.


Zaman multiple choice ini juga menawarkan kemegahan dunia dengan segala kemuliaannya. hampir setiap tahun selalu ada produk baru yang diluncurkan, HP dengan seri selalu meningkat tiap tahunnya, berbagai kemajuan yang ditawarkan, akhirnya semua itu menggoda manusia untuk hidup secara hedonisme dan FOMO. Perkembangan teknologi seperti AI juga menjadi salah satu pilihan dalam menyelesaikan pekerjaan, teknologi ada untuk membantu kita, tetapi kemudahan dan kemewahan tadi menawarkan rasa malas dan jalan kemudahan yang akhirnya mengikat manusia sehingga tidak lagi bergantung pada kasih karunia Tuhan tetapi justru bergantung dengan teknologi yang ada.
Tuhan Yesus ketika diperhadapkan pada berbagai pilihan dan kemegahan dunia ini dengan tegas meneladankan kita untuk bergantung dan menyembah Tuhan “dan hanya kepada Dia sajalah kita berbakti!” (ay.8). benarkah kemuliaan dunia dan zaman multiple choice? Memudahkan dan menolong kita, atau secara halus menggeser pusat penyembahan kita, yang seharusnya kepada Tuhan? persiapan khotbah yang biasanya dilakukan dengan membaca beberapa referensi, buku tafsir serta permenungan, tiba-tiba tinggal ketik dan memerintahkan AI untuk membuat dan mengerjakan semuanya, buat renungan tidak lagi capek-capek baca firman dan melakukan refleksi, sekarang tinggal ketik dan memanfaatkan AI. Ya.. ini zamannya, tetapi benarkah pilihan ini kita lakukan dengan bertanggung jawab? Atau mungkin kita menyembunyikan kemalasan kita dibalik kecanggihan zaman yang ada? AI tentu bisa dengan mudah mengerjakan itu semua, tetapi ketika renungan dan khotbah itu membutuhan permenungan dan sentuhan personal, tentu AI tidak bisa melakukannya


Kita percaya bahwa kemajuan zaman ini juga anugerah yang Tuhan limpahkan bagi anak-anaknya, karena itu perlu disadari agar manusia tidak jatuh (ay.12) dan tenggelam dengan teknologi yang ada. Contohnya Nomophobia yaitu kecanduan manusia terhadap gawainya, ia tidak mampu melepaskan diri ikatan gawainya, kemana-mana selalu membawa gawainya, ketika makan, bekerja, belajar, bahkan waktunya tidur atau di toilet pun, selalu membawa gawainya. teknologi membuat manusia jatuh dalam ikatan ini sehingga melupakan Tuhan, teknologi seharusnya menolong dan memudahkan kita untuk berkarya bagi kemuliaan Tuhan, bukan sebaliknya menjadi pengikat dan mengendalikan kehidupan manusia, mari sadari zaman multiple choice ini dengan bijak, sehingga pilihan-pilihan yang kita ambil, sungguh sesuai dan bagi kemuliaan nama Tuhan. Tuhan Yesus memberkati. Amin.


