Skip to content
GKJ JENAWI

GKJ JENAWI

Nats Alkitab GKJ Jenawi
Primary Menu
  • BERANDA
  • TENTANG
    • SEJARAH
    • PEDOMAN GEREJA
    • GKJ JENAWI
    • PEPANTHAN SELOROMO
    • PEPANTHAN JAMBON
    • PEPANTHAN BALONG
    • PEPANTHAN SUMBERSARI
    • KEMAJELISAN
  • KOMISI
    • KOMISI ANAK
    • KOMISI PEMUDA REMAJA
    • KOMISI PEMUDA DEWASA
    • KOMISI ADIYUSWA
    • KOMISI PANGRUKTI LAYA
    • KOMISI DIAKONIA
    • KOMISI IBADAH
    • KOMISI DIGITAL
  • PELAYANAN
    • PERSEKUTUAN WANITA
    • PERSEKUTUAN DOA
    • PEDALAMAN ALKITAB
    • KEBAKTIAN KEBANGUNAN ROHANI
  • FORMULIR
  • APLIKASI SABDA
    • ALKITAB SABDA
    • AUDIO SABDA
    • KARAOKE ALKITAB
    • KIDUNG SABDA
  • MATERI
    • PENDALAMAN ALKITAB
    • KHOTBAH
    • RENUNGAN
    • KURIKULUM ANAK
    • KURIKULUM REMAJA
  • SEKRETARIAT
GKJ Jenawi Channel
  • Home
  • Tetap Tunduk pada Tuhan

Tetap Tunduk pada Tuhan

Tim Renungan GKJ Jenawi 7 Agustus 2025
Renungan Harian Agustus - (7)

Nats diambil dari 1 Petrus 2:16 (TB)
“Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.”

TETAP TUNDUK PADA TUHAN

Kemerdekaan itu indah, apalagi kalau dirayakan di desa. Ada semangat kebersamaan, lomba-lomba yang meriah, dan doa syukur yang tulus. Tapi di balik semua itu, kita perlu merenung: apakah kita sudah benar-benar mengerti arti kemerdekaan? Ayat dari 1 Petrus ini mengingatkan bahwa kemerdekaan bukan berarti bebas semaunya, tapi tetap tunduk pada Tuhan. Kita merdeka, tapi bukan untuk menyelubungi kejahatan atau hidup seenaknya. Kita merdeka untuk jadi hamba Allah yang taat dan setia.

Di desa, banyak orang merasa merdeka karena tak lagi dijajah, tapi kadang lupa bahwa hidup ini tetap harus dipertanggungjawabkan. Ada yang merasa bebas bicara, tapi kata-katanya menyakiti. Ada yang merasa bebas memilih, tapi pilihannya merugikan orang lain. Kemerdekaan sejati adalah saat kita bisa berkata “tidak” pada dosa dan “ya” pada kehendak Tuhan. Kita bukan hamba penjajah, tapi hamba Allah yang penuh kasih.

Contohnya bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Seorang bapak yang dulunya suka berjudi, kini memilih hidup sederhana dan ikut pelayanan doa lingkungan. Ia tahu bahwa kemerdekaan bukan soal bebas melakukan apa saja, tapi soal memilih yang benar. Atau seorang remaja desa yang menolak ajakan teman untuk mabuk-mabukan saat malam tujuhbelasan, dan memilih ikut persiapan ibadah syukur. Itu bentuk kemerdekaan yang tunduk pada Tuhan.

Kemerdekaan yang tidak disertai ketundukan akan jadi bencana. Kita bisa lihat dalam sejarah bangsa, saat kemerdekaan disalahgunakan untuk kepentingan pribadi, korupsi, atau kekerasan. Di desa pun bisa terjadi: konflik antar warga karena tanah, rebutan jabatan dalam panitia, atau iri hati dalam pelayanan. Semua itu terjadi karena kemerdekaan tidak dibarengi dengan hati yang tunduk pada Tuhan.

Saat kita merayakan 17 Agustus, mari kita tanyakan pada diri sendiri: apakah kita sudah hidup sebagai orang merdeka yang tunduk pada Tuhan? Apakah kita sudah menggunakan kebebasan kita untuk membangun, bukan merusak? Apakah kita sudah jadi terang dan garam di lingkungan kita? Merdeka bukan berarti bebas dari tanggung jawab, tapi justru punya tanggung jawab lebih besar untuk jadi berkat.

Di desa, ketundukan pada Tuhan bisa diwujudkan lewat hal-hal sederhana: ikut kerja bakti dengan tulus, membantu tetangga tanpa pamrih, menjaga kata-kata agar tidak menyakiti, dan ikut pelayanan dengan sukacita. Semua itu adalah bentuk nyata dari hidup sebagai hamba Allah. Kita merdeka, tapi tetap tunduk. Kita bebas, tapi tetap taat. Itulah kemerdekaan yang sejati.

Jadi, mari kita rayakan kemerdekaan dengan hati yang tunduk pada Tuhan. Bukan cuma dengan sorak-sorai dan bendera, tapi dengan hidup yang mencerminkan kasih dan kebenaran. Karena bangsa yang besar bukan cuma yang merdeka, tapi yang warganya hidup sebagai hamba Allah. Dan desa yang kuat bukan cuma yang ramai lomba, tapi yang warganya tunduk dan taat pada Tuhan.

image_pdfimage_print

About the Author

Tim Renungan GKJ Jenawi

Editor

Visit Website View All Posts
Berbagilah

Post navigation

Previous: Merdeka untuk Melayani
Next: Tuhan telah Urapi Aku

BERITA TERKAIT

Renungan Harian Agustus - (17)

Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju

Tim Renungan GKJ Jenawi 17 Agustus 2025
Renungan Harian Agustus - (16)

Kemerdekaan yang Menumbuhkan Terang

Tim Renungan GKJ Jenawi 16 Agustus 2025
Renungan Harian Agustus - (15)

Kasih dan Kesetiaan

Tim Renungan GKJ Jenawi 15 Agustus 2025
Pendeta GKJ Jenawi
Jadwal Ibadah GKJ Jenawi
9

KHOTBAH JANGKEP SEPTEMBER 2025

Komisi Digital 16 Agustus 2025
8

KHOTBAH JANGKEP AGUSTUS 2025

Komisi Digital 10 Juli 2025
7

KHOTBAH JANGKEP JULI 2025

Komisi Digital 16 Juni 2025
5

KHOTBAH JANGKEP JUNI 2025

Komisi Digital 10 Mei 2025
5

KHOTBAH JANGKEP MEI 2025

Komisi Digital 24 April 2025
Unduhan Aplikasi Android GKJ Jenawi

Anda jangan melewatkannya

Renungan Harian Agustus - (17)

Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju

Tim Renungan GKJ Jenawi 17 Agustus 2025
PENDALAMAN ALKITAB-9

Berjuang Memulihkan Pembebasan

Pdt. Emanuel Suseno Aji, S.Th. 17 Agustus 2025
Web Informasi 1350 X 900 (30 x 20 cm) (1)

Dirgahayu Republik Indonesia

Admin GKJ Jenawi 17 Agustus 2025
9

KHOTBAH JANGKEP SEPTEMBER 2025

Komisi Digital 16 Agustus 2025
PETA LOKASI GKJ JENAWI

PERSEMBAHAN

Persembahan Gereja

BRI

GEREJA KRISTEN JAWA JENAWI

669701026687530

Login Pengguna Komisi Digital
GKJ Jenawi Protection Status
  • BERANDA
  • TENTANG
  • KOMISI
  • PELAYANAN
  • FORMULIR
  • APLIKASI SABDA
  • MATERI
  • SEKRETARIAT
Copyright © Gereja Kristen Jawa Jenawi | MoreNews by AF themes.