
📖 Bacaan Alkitab Lengkap:
2 Korintus 9:6–11 (TB)
“Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. Seperti ada tertulis: ‘Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebaikan-Nya tetap untuk selama-lamanya.’ Ia yang menyediakan benih bagi penabur dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh kami.”
🌄 Renungan:
Di pagi hari yang cerah, mentari menyinari lereng-lereng bukit yang hijau. Jemaat mulai berdatangan ke gereja dengan membawa hasil panen: padi yang menguning, jagung yang segar, buah-buahan dari kebun, bahkan hasil kerajinan tangan. Hari itu adalah hari ulang tahun gereja, sekaligus riyaya Undhuh-undhuh—momen syukur atas berkat Tuhan sepanjang tahun.
Di tengah suasana perayaan, kita diingatkan bahwa menabur dan menuai bukan hanya soal ladang fisik, tetapi juga ladang rohani. Firman Tuhan dalam 2 Korintus 9 mengajarkan bahwa memberi dengan sukacita adalah bagian dari ibadah kita. Allah tidak hanya melihat jumlah persembahan, tetapi hati yang rela dan penuh syukur.
Bagi jemaat yang hidup dari hasil bumi, menabur adalah tindakan iman. Mereka menanam benih tanpa tahu pasti hasilnya. Mereka bergantung pada hujan, tanah, dan waktu. Namun, mereka tetap menabur, karena percaya bahwa Tuhan yang memberi benih juga akan memberi panen. Begitu pula dalam hidup rohani—kita menabur kasih, pengampunan, pelayanan, dan kesetiaan, percaya bahwa Tuhan akan menumbuhkan buahnya.
Ulang tahun gereja adalah waktu untuk merenungkan: Sudahkah kita menabur dengan sukacita di ladang Tuhan? Undhuh-undhuh bukan sekadar tradisi, tetapi pengakuan bahwa semua yang kita miliki berasal dari Tuhan. Maka, kita datang bukan hanya membawa hasil panen, tetapi juga membawa hati yang penuh syukur dan hidup yang siap dipakai untuk kemuliaan-Nya.
Allah sanggup melipatgandakan benih yang kita tabur. Ia tidak hanya memberkati ladang kita, tetapi juga memperkaya hidup kita dengan kemurahan hati. Dan ketika kita memberi dengan sukacita, kita membangkitkan syukur kepada Allah, bukan hanya dalam diri kita, tetapi juga dalam jemaat dan masyarakat sekitar.
❓ Pertanyaan Perenungan:
- Apa saja benih rohani yang telah saya tabur sepanjang tahun ini?
- Apakah saya memberi kepada Tuhan dan sesama dengan sukacita atau karena kewajiban?
- Bagaimana saya bisa mempersembahkan hidup saya sebagai buah syukur dalam ulang tahun gereja ini?
🙏 Doa:
Tuhan yang Mahabaik,
Terima kasih atas tahun yang penuh berkat. Engkau telah memberi benih, menyuburkan tanah, dan memberkati panen kami. Di hari ulang tahun gereja dan riyaya Undhuh-undhuh ini, kami datang dengan hati penuh syukur. Ajarlah kami untuk menabur dengan sukacita dan menuai dalam kasih. Jadikan hidup kami ladang yang berbuah bagi kemuliaan-Mu.
Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.
Semoga renungan ini menguatkan hatimu dan membukakan mata rohanimu untuk melihat Tuhan dalam keindahan dan kekuatan alam sekitar 🌿