
Ibadah | : | Kamis Putih |
Hari, Tanggal | : | Kamis, 17 April 2025 |
Jam | : | 18:00 WIB |
Tema | : | MELAYANI DENGAN HATI |
Dilayani oleh | : | Pdt. Emanuel Suseno Aji, S.Th. |
MELAYANI DENGAN HATI
Yohanes 13:1-17, 31b-35
13:1 Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. 13:2 Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. 13:3 Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. 13:4 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, 13:5 kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. 13:6 Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: “Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?” 13:7 Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.” 13:8 Kata Petrus kepada-Nya: “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya.” Jawab Yesus: “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.” 13:9 Kata Simon Petrus kepada-Nya: “Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!” 13:10 Kata Yesus kepadanya: “Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua. ” 13:11 Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: “Tidak semua kamu bersih.” 13:12 Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? 13:13 Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. 13:14 Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; 13:15 sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. 13:16 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. 13:17 Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.
13:31b “Sekarang Anak Manusia j dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. 13:32 Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. 13:33 Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu. 13:34 Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. 13:35 Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”

Setelah memenangkan medali emas di Olimpiade, seorang atlet kembali ke kampung halamannya. Jika saudara adalah atlet itu, apa saja yang akan saudara lakukan saat pulang kampung? Mungkin kita akan meletakkan piala dan medali kita di depan rumah dan membiarkan orang mengaguminya. Atau kita akan menunjukkan foto-foto kemenangan kita dan menceritakan keberhasilan kita di titik-titik tertentu dalam perlombaan itu. Sambil memperkenalkan teman-teman baru kita yang kagum pada kita sebagai pemenang. Namun tidak demikian, yang dilakukan oleh atlet tersebut. Alih-alih berfokus pada prestasinya, dia malah berbagi kisah kegagalannya dan tantangan-tantangan yang dihadapinya. “Saya ini bukan si juara hanya karena Anda melihat medali saya. Saya adalah orang yang mau selalu belajar. Saya belajar dari banyak kegagalan. Kegagalan demi kegagalan saya lewati, bukan sebagai halangan untuk maju terus mengejar prestasi,” ujarnya.
Saudara, tidak semua orang mau membicarakan keburukan atau kegagalannya. Sungguh rendah hati atlet ini. Siapa orang tersebut? Kita tidak tahu namanya, dan itu bukti kerendahhatiannya sehingga kita pun tidak tahu siapa atlet itu. Namun kisahnya itu menginspirasi kita sampai hari ini.
Dalam bacaan kita, Yesus juga menginspirasi para murid dengan pelayanan-Nya yang ekstra ordinari. Tidak seperti biasa, Yesus yang adalah Tuhan dan Raja, Mesias dan Juru selamat, merendahkan diri mengambil rupa seorang hamba dan mencuci kaki para murid-Nya. Padahal baru saja Ia mengatakan, “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu. Lakukanlah ini sebagai peringatan akan Aku!” (ayat 24b). Seorang Mesias telah menunjukkan karya terbesarnya namun ia melakukan kebalikan dari kehebatan yang dilihat dunia.
Apa yang kita dapat pelajari dari Yesus yang mencuci kaki para murid-Nya? (Tunjukkan Roti dan Cawan Anggur yang akan saudara gunakan untuk ilustrasi awal kepada warga jemaat) Pertama, Roti dan Air Anggur ini adalah lambang dari darah dan tubuh Tuhan Yesus. Dia meminta kita untuk mengingat. Apa yang kita ingat dari Roti dan Air Anggur ini? Tubuh dan darah-Nya yang sangat berharga, dikurbankan dan ditumpahkan untuk kita. Tidak ada seorang yang mau mengurbankan dirinya dengan sungguh-sungguh jika ia tidak mencintai orang tersebut dengan hati-Nya.


Kristus mencintai kita sampai mati, apakah kita mengalami cinta itu di dalam hati kita juga? (Tunjukkan air yang akan saudara gunakan untuk mencuci kaki warga jemaat nantinya) Kedua, air ini bisa kita artikan sebagai lambang pembersihan dari kotoran kaki kita tapi juga dari dosa. Banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya penuh dosa dan tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan mereka. Sementara, banyak orang berpikir, perbuatan baik, mengikuti banyak ritual agama atau mengingat hari-hari raya Gerejawi, adalah bagian dari Iman. Padahal inti dari iman adalah bagaimana seseorang membersihkan diri dari dosa dan ikut Tuhan yang mencintainya. Air ini adalah lambang pembersihan kita dari semua kesalahan kita.
Apakah kita juga mau belajar membasuh diri setiap waktu, supaya kita tetap berkenan di hadapan Tuhan senantiasa? (Ambillah lap yang akan saudara gunakan untuk mencuci kaki warga jemaat nantinya) Ketiga, Lap ini adalah lambang pelayanan. Biasanya yang memegang ini adalah para pelayan. Saat pesta tiba, tidak ada seorang pun yang berharap memegang lap. Orang ingin memegang gelas anggur atau makanan yang mahal. Tapi Yesus mengambil lap ini sebagai pilihan-Nya sendiri. Lap adalah lambang pelayanan dari seorang yang tinggi, melayani mereka yang rendah. Dari Allah yang maha tinggi, pada manusia berdosa.
Apakah kita juga mau belajar mengambil lap, nanti dan yang akan datang, untuk mengingat bahwa panggilan kita adalah melayani seperti Yesus?
(Ajaklah seorang ibu tua atau bapak tua maju ke depan dan mintalah dia duduk di depan sebagai bagian dari khotbah. Cucilah kakinya sebagai simbol dimulainya tindakan saling melayani)


Sambil mengingat cinta Tuhan melalui roti dan anggur, tubuh dan darah Tuhan Yesus, mari kita tunjukkan cinta dan kerendahatian kita pada sesama melalui lap dan air ini. Tuhan memberkati pelayanan kita yang kita lakukan dengan hati. MELAYANI DENGAN HATI, sampai mati, seperti Yesus sendiri. Tuhan memberkati.



