
Setiap orang Kristen sekarang menjadi persembahan yang hidup yang setiap hari mempersembahkan diri kepada Allah melalui iman kepada Kristus.
Namun, ingatlah bahwa Filipi 2 menyebutkan tentang persembahan kedua yang dengannya sang rasul mengidentifikasikan dirinya sendiri dan pelayanannya: “Sekalipun aku dicurahkan sebagai persembahan curahan…” Sekali lagi, dengan dasar Imamat di tangan, kita ingat bahwa di samping persembahan unjukan yang utama, ada juga persembahan sekunder seperti persembahan syukur dan persembahan biji-bijian, yang melambangkan pekerjaan dan jerih payah orang yang beribadah. Jika persembahan unjukan adalah hidangan utama, persembahan syukur adalah lauknya.
Dalam kitab Bilangan, kita mengetahui bahwa ketika Israel memasuki Tanah Perjanjian, mereka tidak hanya harus mempersembahkan persembahan biji-bijian, tetapi juga persembahan curahan. Mereka harus menuangkan anggur ke atas mezbah, bersama dengan biji-bijian. Dan inilah poin penting: menurut Bilangan 15, setiap persembahan unjukan yang dilakukan di Tanah Perjanjian harus disertai denganpersembahan sajian biji-bijian dan persembahan curahan. Setiap burger keju disertai dengan kentang goreng dan minuman.
Jadi, apa hubungannya dengan jemaat di Filipi? Paulus mengatakan bahwa setiap orang Filipi dipersembahkan sebagai persembahan yang hidup, sebagai persembahan yang naik. Dan jerih payahnya untuk sukacita dan iman mereka adalah persembahan curahan di sampingnya. Dia dicurahkan sehingga mereka dapat dipersembahkan. Maka, dia bersedia untuk dicurahkan, sampai ke dasar, yaitu sampai mati.
Bukankah ini adalah gambaran yang indah, alkitabiah, dan sesuai dengan Imamat tentang gereja dan kehidupan Kristen? Kita semua dipanggil untuk mempersembahkan diri kita sepenuhnya kepada Allah. “Seluruh diriku bagi-Mu, ya Allah, karena Yesus.” Penyerahan diri sepenuhnya. Masing-masing dari kita adalah sebuah persembahan yang naik, setiap hari memberikan diri kita kepada Allah, memperbaharui pikiran kita dengan kebenaran-Nya, dan mempersembahkan tubuh kita sebagai sebuah persembahan yang hidup. Inilah penyembahan rohani kita.
Mengikuti teladan sang rasul, kita masing-masing juga dipanggil untuk menjadi persembahan curahan bagi orang lain. Kita dipanggil untuk dicurahkan sebagai pengiring yang memuliakan kehidupan pelayanan pengorbanan mereka. Seperti Paulus, kita bekerja keras, berlari, berupaya, dan memberi agar orang lain dapat menjadi murni dan tak bercacat pada hari Kristus. Kita mencurahkan diri kita sendiri sehingga mereka dapat mempersembahkan diri mereka sendiri.