
Yohanes 13 : 31 -34
13:31 Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: “Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia.13:32 Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. 13:33 Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang,demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu. 13:34 Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. 13:35 Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
Bapak ibuk saudara semua pasti sering mendengarkan firman ataupun cerita tentang kasih, memang Tema tentang kasih itu paling banyak dipentaskan dalam drama-drama Natal maupun Paskah. Khotbah tentang kasih juga yang mendominasi mimbar-mimbar gereja, seminar, ceramah, pendalaman Alkitab (PA) dst.
Pada satu sisi kita bersyukur karena kasih juga masih menjadi topik utama dalam gereja. Namun pada sisi yang lain, kita juga harus prihatin, karena walau kasih yang paling sering dibicarakan, dibahas dan dinyanyikan, ternyata semua itu hanya sebatas wacana, teori. Karena dalam praktek kehidupan nyata sehari-hari, cara hidup kita seringkali jauh dari kasih yang diperintahkan Tuhan.
Tuhan Yesus memberi teladan dan menunjukkan bagaimana seharusnya kasih yang benar itu dipraktekkan:
Kasih itu harus dipraktekkan bukan sekedar teori (ay 34)
Bagi Yesus, kasih memang tidak cukup hanya diajarkan atau teori, dijadikan simbol, slogan, atau wacana semata. Tetapi harus melekat dalam gaya hidup kita, sehingga menjadi ciri khas setiap murid-muridNya. Untuk itu, Yesus memberi pengajaran dan sekaligus teladan. Ia berkata: “…..supaya kamu saling mengasihi sama seperti Aku telah mengasihi kamu…….” (ay 34). Melalui ungkapan ini, kita dapat memahami bahwa ketika Ia memberi perintah untuk mengasihi, Ia telah mempraktekkan kasih itu terlebih dahulu, seperti yang dikatakan Yesus “sama seperti Aku telah mengasihimu….” Yesus tidak hanya pandai berteori tentang kasih, tetapi hidupNya adalah teladan bagaimana mengasihi yang sesungguhnya. Dan salib di bukit Golgota adalah bukti kasihNya yang tiada taranya.
Sebagimana Yesus, kita memiliki tanggungjawab untuk menghadirkan Kasih Allah bagi sesama, melalui karya dan pelayanan kita masing-masing. Memang kita tidak selalu dapat mempersembahkan tindakan kasih yang besar dan spektakuker, tetapi kita dapat mempersembahkan kasih melalui perbuatan- perbuatan yang kecil dan sederhana namun dengan cinta yang besar. Tetap semangat dan semoga kita mampu menjadi perpanjangan tangan kasih Tuhan dalam hidup sehari-hari.