Bersyukur dan Berbuah di Ladang Tuhan

Renungan Harian Bulan Juli (15)

📖 Bacaan Alkitab Lengkap:

Mazmur 65:9–13 (TB)

“Engkau mengindahkan bumi dan mengairinya, Engkau membuatnya sangat kaya; sungai Allah penuh air; Engkau menyediakan gandum bagi mereka, ya, demikianlah Engkau menyediakannya. Engkau membasahi alur bajaknya, dan meratakan gumpalan tanahnya; dengan hujan Engkau menggemburkannya dan memberkati tumbuh-tumbuhannya. Engkau memahkotai tahun dengan kebaikan-Mu, jejak-Mu mengeluarkan lemak; padang-padang gurun menjadi subur, dan bukit-bukit berikat pinggang dengan sorak-sorai; padang-padang rumput berpakaian kawanan domba, dan lembah-lembah berselimutkan gandum; semuanya bersorak-sorai dan bernyanyi.”

🌄 Renungan:

Di sebuah desa yang dikelilingi oleh bukit-bukit hijau dan ladang yang menghampar luas, jemaat berkumpul di gereja kecil yang berdiri kokoh di tengah kampung. Hari itu bukan hari biasa—hari itu adalah ulang tahun gereja mereka, sekaligus riyaya Undhuh-undhuh, saat mereka membawa hasil panen sebagai persembahan syukur kepada Tuhan.

Suasana penuh sukacita. Ada yang membawa padi, jagung, kopi, buah-buahan, bahkan hasil kerajinan tangan. Semua diletakkan di depan altar sebagai simbol ucapan syukur. Di tengah kesederhanaan, ada kemegahan rohani yang tak tergantikan: pengakuan bahwa semua berasal dari Tuhan.

Mazmur 65 menggambarkan Allah sebagai Pemelihara bumi. Ia mengairi ladang, menggemburkan tanah, dan memahkotai tahun dengan kebaikan-Nya. Bagi jemaat yang hidup dari hasil bumi, ayat ini bukan sekadar puisi, melainkan pengalaman nyata. Mereka tahu bahwa hujan yang datang tepat waktu, tanah yang subur, dan panen yang berhasil adalah bukti tangan Tuhan yang bekerja.

Ulang tahun gereja bukan hanya tentang usia bangunan, tetapi tentang kesetiaan Tuhan yang terus menyertai umat-Nya. Gereja adalah ladang rohani, tempat benih iman ditanam, dirawat, dan dituai. Undhuh-undhuh adalah momen untuk berkata, “Tuhan, Engkau telah memberkati kami, dan kami datang membawa hasilnya sebagai ucapan syukur.”

Namun, kita juga diingatkan bahwa buah yang Tuhan kehendaki bukan hanya hasil panen fisik, tetapi juga buah rohani: kasih, kesabaran, pengampunan, pelayanan, dan kesetiaan. Maka, saat kita mempersembahkan hasil bumi, mari kita juga mempersembahkan hati yang penuh syukur dan hidup yang berbuah.

Di tengah ladang dan lembah, Tuhan hadir. Di antara cangkul dan doa, Tuhan bekerja. Di balik setiap panen, ada kasih Tuhan yang tak pernah gagal.

Pertanyaan Perenungan:

  1. Apa saja berkat Tuhan yang saya alami sepanjang tahun ini, baik secara jasmani maupun rohani?
  2. Apakah saya sudah mempersembahkan hidup saya sebagai buah yang menyenangkan hati Tuhan?
  3. Bagaimana saya bisa berkontribusi dalam pertumbuhan gereja sebagai ladang pelayanan?

🙏 Doa:

Tuhan yang Mahabaik,
Terima kasih atas tahun yang penuh berkat. Engkau telah memelihara ladang kami, menyuburkan tanah kami, dan memberkati gereja kami. Di hari ulang tahun gereja dan riyaya Undhuh-undhuh ini, kami datang dengan hati penuh syukur. Terimalah persembahan kami, bukan hanya hasil bumi, tetapi juga hidup kami. Jadikan gereja kami ladang yang terus berbuah, dan jadikan kami pekerja-pekerja yang setia.
Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Semoga renungan ini menguatkan hatimu dan membukakan mata rohanimu untuk melihat Tuhan dalam keindahan dan kekuatan alam sekitar 🌿