IBADAH JUM’AT AGUNG 2025

Ibadah | : | Jum’at Agung |
Hari, Tanggal | : | Jum’at, 18 April 2025 |
Jam | : | 08:00 WIB |
Tema | : | MEMANDANG SALIB |
Dilayani oleh | : | Pdt. Emanuel Suseno Aji, S.Th. |
MEMANDANG SALIB
Yohanes 18:1–19:42
Lagu KJ 169 yang berjudul “Memandang Salib Rajaku” digubah oleh Isaac Watts pada tahun 1707, dengan judul asli Crucifixion to the World by the Cross of Christ. Isinya terinspirasi dari perkataan rasul Paulus dalam Galatia 6:14, “Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus,sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia”. Lagu ini mengingatkan setiap orang percaya untuk menjadikan Salib (baca: karya Kristus di kayu salib) sebagai pusat hidup dan kebanggaannya.
Karya Salib merupakan pusat pemberitaan Kitab Suci, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, seperti bisa kita lihat dari bacaan Alkitab hari ini. Yesaya 52:13-53:12, Mazmur 22, Ibrani 10:16-25, dan Yohanes 18:1-19:2 memberi kesaksian mengenai karya Salib. Yesaya 52:13-53:12 berisi nubuat tentang hamba TUHAN yang menderita. Dalam hidupnya, sang hamba mengalami penderitaan yang begitu hebat, sampai-sampai orang mengira bahwa ia “kena tulah, dipukul dan ditindas Allah” (53:4). Namun kebenarannya ialah bahwa ia menanggung hukuman atas kesalahan umat Tuhan, “karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah” (53:8). Dan di balik semua itu, ada maksud Tuhan yang sangat indah, “Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai kurban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya” (53:10). Sang hamba rela menderita demi sebuah kehidupan, dengan pengorbanannya masa depan dapat diraih.

Mazmur 22 menggambarkan peristiwa salib: Di mana ada penghinaan dan olok-olok, kerumunan bangsa asing, penyiksaan fisik dan penderitaan batin hingga merasa ditinggalkan Allah. Namun menariknya, di tengah penderitaan itu keyakinan dan pengharapan akan Allah tidak pernah putus. Dan akhirnya Allah sendiri menunjukkan kuasa dan keadilannya sebagai jawaban atas semua pergumulan. Ibrani 10:16-25 memaknai karya Salib sebagai pembuka jalan yang memungkinkan manusia menghadap Allah. Darah Kristus yang tercurah di atas kayu salib menjadi pembasuh yang menyucikan setiap dosa. Karya Salib mengundang setiap orang untuk memberi diri disucikan dari dosa dan selanjutnya menjalani hidup baru. Kehidupan baru itu harus diwujudkan dengan “… saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik” (ayat 24) dan “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita …” (ayat 25). Kesempatan untuk menghadap Allah adalah sesuatu yang sangat mahal, tidak bisa dibeli oleh apa pun, amal baik, harta bahkan nyawa pun tidak. Karena itu, harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Sebagaimana ketiga penulis Injil lainnya, Yohanes pun memberitakan peristiwa Salib dalam tulisannya. Bahkan Yohanes melengkapi berita salib dengan peristiwa dimana seorang prajurit menikam lambung Yesus dengan tombak. Yang terjadi saat itu adalah “segera mengalir keluar darah dan air” (19:34). Keterangan ini bernilai sangat penting sebagai bukti bahwa Yesus benar-benar mati. Secara medis dapat diterangkan demikian: Penyiksaan dan penyaliban yang dialami Yesus sebelum kematian-Nya telah mengakibatkan apa yang disebut syok hipovolemik. Syok hipovolemik adalah kondisi berkurangnya jumlah plasma di intravaskuler (pengangkutan zat melalui pembuluh angkut) akibat hilangnya darah dalam jumlah banyak, trauma yang menyebabkan cairan berpindah ke ruang tubuh yang sudah tidak berfungsi serta dehidrasi yang hebat. Syok hipovolemik menyebabkan cairan berkumpul di sekitar jantung (disebut efusi perikardia) dan di sekitar paru-paru (efusi pleura). Maka ketika lambung (terjemahan lain menyebut rusuk) Yesus ditikam, dimana berkumpul sisa-sisa cairan yang masih ada dalam tubuh, segeralah keluar darah dan air seperti kesaksian Yohanes. Peristiwa ini membuktikan bahwa Yesus benar-benar mati.


Yesus yang sudah benar-benar mati (bukan pingsan atau mati suri, apalagi pura-pura mati) kemudian dimakamkan dalam sebuah kubur baru. Injil Matius (27:60), Lukas (23:53) dan Yohanes (19:41) sama-sama menerangkan bahwa kubur untuk memakamkan Yesus adalah kubur baru, dimana belum pernah dibaringkan mayat. Apakah ada makna khusus di balik keterangan tersebut? Setidaknya keterangan itu menunjukkan: Pertama, Yusuf Arimatea benar-benar mengasihi Yesus dan mempersembahkan yang terbaik untuk Yesus. Kedua, kubur yang belum pernah digunakan itu menunjukkan bahwa tempat itu belum najis oleh mayat.
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan,
Jumat Agung adalah perayaan iman yang mengajak kita untuk mengingat, percaya dan bersaksi tentang salib. Salib adalah lambang penderitaan dan kematian Kristus. Salib adalah lambang kasih Allah bagi dunia. Melalui peristiwa salib, Allah menghapuskan hutang dosa manusia.
Memandang Salib berarti mengarahkan hati, pikiran dan hidup kita kepada Tuhan yang tersalib. Dengan memandang Salib, kita dipanggil untuk: Pertama, mengingat bahwa kita telah ditebus dari hukuman dosa. Kedua, menjadikan Salib Kristus sebagai pusat hidup kita. Artinya, kita harus menyelaraskan hidup kita dengan karya Salib (kehendak Allah). Sebagai orang yang percaya dan menerima anugerah Salib, kita harus giat beribadah dan melakukan pekerjaan baik bagi kemuliaan Allah.
Mengakhiri perenungan ini, mari segarkan kembali keyakinan dan panggilan kita. Salib Kristus adalah jalan yang ditentukan Allah untuk menyelamatkan manusia berdosa. Karya Salib telah dinubuatkan jauh sebelumnya dan harus terus diberitakan pada dunia sampai akhir masa. Peristiwa Salib adalah kebenaran yang bisa dibuktikan dan dipertanggung-jawabkan. Salib Kristus harus menjadi pusat hidup kita, yang memberi kekuatan dan arah dalam menjalani kehidupan. Amin










